TEKNOLOGI PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA ~ ShareYuk

TEKNOLOGI PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA

MATA KULIAH      : MIKROBIOLOGI TERNAK
JUDUL TUGAS       : TEKNOLOGI PEMANFAATAN MIKROORGANISME    DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS  TERNAK  RUMINANSIA
DISUSUN OLEH :
RIFAL
Description: Logo-UIN-bw.png

60700113025




JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
 2014

KATA PENGANTAR
Puji  dan  Syukur  kami  panjatkan  ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai  “Teknologi Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Pakan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia”
Makalah ini dibuat  dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak  atau teman- teman mahasiswa untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penuis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun untuk proses kedepan. Kritik konstruktif dari pembaca sangat di harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 
                                                                       


Samata-Gowa, 04, Mei 2014


Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar belakang masalah.......................................................................
1.2  Rumusan Masalah...............................................................................
1.3  Tujuan..................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................
2.1 Jenis Mikroorganisme Dan Pemanfaatannya Sebagai Pakan Aditif
...................... ............................................................................................
2.2 Efektivitas Dan Daya Simpan Produk Campuran Mikroorganisme
........................................................................................... …………….. 
2.3 Pemanfaatan Mikroorganisme Untuk Limbah-Limbah Pertanian…….
2.4 Pemanfaatan MikroorganismeDalamProsesSilase/Fermentasi
Jerami Padi/Rumput...........................................................................  

BAB III : PENUTUP..................................................................................
3.1  Kesimpulan........................................................................................
3.2  Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA         



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah lazim diketahui bahwa peternakan rakyat di Indonesia sangat tergantting pada ketersediaan pakan hijauan atau limbah pertanian. Pada musim kemarau, ketersediaan pakan menjadi sangat terbatas bahkan sampai kekurangan dan kualitas pakan yang ada juga sangat rendah . Hal inilah yang merupakan salah atau penyebab rendahnya peningkatan produksi ternak terutama ternak ruminansia di Indonesia .
Kualitas pakan yang rendah biasanya karena bahan pakan pada umumnya berupa limbah pertanian yang mempunyai nilai kecernaan yang rendah. Pemberian pakan yang rendah kualitasnya juga akan menyebabkan kondisi dan fungsi rumen kurang baik . Oleh sebab itu, berbagai teknologi diperlukan untuk mempertahankan ketersediaan pakan terutama pada masa musim kering yang panjang, meningkatkan kualitas pakan atau mengoptimumkan kerja rumen. Salah satu teknologi yang sudah dikenal sejak lama adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme . Tujuan utama mengawetkan pakan atau yang lebih dikenal dengan proses 'silase', 2) meningkatkan kualitas pakan yang rendah nilai gizinya, atau 3) memperbaiki kondisi rumen.
Mikroorganisme yang dimanfaatkan ini dapat berupa “probiotik” (bakteri, jamur, khamir atau campurannya) atau dapat berupa “produk fermentasi” atau produk ekstrak dari suatu proses fermentasi (biasanya "enzim") .
Mekanisme kerja mikroorganisme atau produknya yang masuk ke dalarn tubuh ternak dan mempengaruhi pencernaan atau penyerapan, ada yang sudah diketahui secara jelas tetapi ada juga yang masih berupa hipotesa. Banyak penelitian tentang pemanfaatan probiotik atau produk fermentasi untuk ternak unggas dan ruminansia sudah dilakukan di Indonesia dan ada pula probiotik yang sudah dijual secara komersial.


1.2  Rumusan Masalah
Apa manfaat mikroorganisme dalam proses pembuatan pakan  dan bagaimana peran mikroorganisme meningkatkan kualitas pakan  pada proses permentasi pakan?
1.3  Tujuan dan manfaat
Memanfaatkan mikroorganisme dalam menjaga ketersediaan pakan dan memanfaatkan mikroorganisme dalam pakan untuk meningkatkan pruduktivitas Ternak khususnya pada ternak ruminansia



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Mikroorganisme Dan Pemanfaatannya Sebagai Pakan Aditif
Beberapa jenis mikroorganisme yang digunakan atau dicampur ke dalam pakan ternak ruminansiaerasal atau diisolasi dari makanan manusia seperti ragi (Saccharomyces cerevisiae),Aspergilhis oryzae. Lactobacillus sp., dari tanah atau saluran pencernaan ternak seperti Starbio, probiotik "Tumbuh", Probion, Bioplus, EM4 dan sebagainya.
 Mikroorganisme mumi atau campuran ini diproduksi dengan berbagai cara tetapi metode yang dipublikasi biasanya hanya diuraikan secara garis besar . Beberapa produk campuran biasanya hanya disebutkan jumlah total bakteri tanpa dirinci jenis jenis bakteri yang ada di dalamnya. Di bawah ini diuraikan beberapa produk mikroorganisme campuran yang ada di Indonesia, yaitu : Bioplus merupakan produk campuran mikroorganisme yang telah berbentuk serbuk kering dan teknologi produksinya dikembangkan di Balitnak, Ciawi. Bioplus diambil dari isi perut ternak potong dan dicampur dengan inokulum yang sudah diadaptasi dengan suatu substrat tertentu . Bila substrat yang ditambahkan adalah jerami, maka Bioplus tersebut disebut Bioplus serat karena diasumsikan dapat memecah serat lebih baik. Bila substrat yang ditambahkan adalah daun kaliandra, maka Bioplus tersebut disebut Bioplus racun karena diasumsikan dapat memecah tanin (racun) dalam kaliandra (WINUGROHO dan WIDIAWATI, 2003; 2004) .
Probion adalah produk campuran mikroorganismeberbentuk serbuk. .Produk ini juga dikembangkan oleh Balitnak dan diperoleh dari suatu proses fermentasi (anaerob) isi rumen dan kompos dengan tambahan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba dan bahan organik yang digunakan sebagai pembawa mikroba yang dapat meningkatkan aktivitas enzimatisnya (HARYANTO, 2000). Probiotik komersial yang sudah ada terlebih dahulu adalah Starbio dan Effective microorganism (EM4). Starbio merupakan campuran mikroorganisme dan telah banyak dicoba oleh peternak atau peneliti sejak tahun 90-an dan akhir-akhir ini hasil penelitian mengenai Starbio pada ternak ruminansia hanya sedikit yang dapat dikumpulkan . Starbio yang ditambahkan ke pakan digunakan terutama untuk mengurangi bau amonia yang dikeluarkan bersama feses. Effective microorganism (EM4) berisi campuran mikroorganisme seperti Lactobacillus sp ., bakteri asam laktat lainnya, bakteri fotosintetik, Streptornyces sp .jamur pengurai selulosa, bakteri pelarut fosfat (AKMALet a!., 2004. Effective microorganism dikembangkan oleh seorang ahli dari Jepang .
Di Jepang dan Negara lain, EM4 lebih banyak digunakan untuk perbaikan nutrisi tanah . Probiotik `Twnbuh merah' merupakan campuran mikroorganisme yang diisolasi dari pencernaan hewan . diantaranya Bacillus sp .
Saat ini, bentuk campuran mikroorganisme yang lebih sering diuji atau dipakai dalam pakan ternak karena lebih mudah diproduksi dan diperbanyak, selain itu diharapkan adanya efek positif yang lebih tinggi dibanding kalau hanya dipakai kultur tunggal . Bahan aditif yang dicampur ke dalam pakan ternak biasanya dalam jumlah sedikit . Penambahan mikroorganisme tunggal seperti Saccharomyces cerevisiae ke dalam pakan hanya sebanyak 1 g/ekor/hari ntuk domba (MARDALENA, 2000 ; ROYANI, 2000) .
Pada umumnya, probiotik diberikan pada ternak yang mengkonsumsi serat tinggi dan hanya satu laporan yang memberikan Starbio pada ternak yang mengkonsumsi konsentrat tinggi (NGADIYONO dan BALIARTI, 2001) . Hal ini menunjukkan bahwa penambahan probiotik untuk ternak ruminansia lebih ditujukan agar rumen dapat mencerna lebih baik pakan yang berserat tinggi. Beberapa publikasi yang dirangkum dalam Tabel 1 melaporkan tentang peningkatan bobot badan (PBB) yang nyata ketika ternak diberikan probiotik. Dijelaskan bahwa peningkatan bobot badan oleh probiotik, disebabkan oleh konsumsi bahan kering yang meningkat (NGADIYONO,2001).
2.2 Efektivitas Dan Daya Simpan Produk Campuran Mikroorganisme
Daya simpan dan efektivitas mikrooganisme tersebut perlu diuji karena mikroorganisme sangat labil terhadap suhu, cahaya atau oksigen . WINUGROFIO dan MARIYATI (2001) melaporkan setelah Bioplusdikeringkan di bawah naungan dan disimpan dalam suhu ruang, maka populasi mikroorganisme di dalam bioplus akan berkurang 50%. Walaupun populasi mikroorganisme turun, laju produksi gas in vitro dengan menggunakan bioplus yang telah disimpan 2 bulan masih sama dengan bioplus segar yang tidak disimpan sehingga mereka menyimpulkan bahwa Bioplus yang sudah kering masih efektif bila disimpan sampai 2 bulan dalam suhu ruang. Hal yang sama dikemukakan oleh THALIB et al. (2001a; 2002) bahwapopulasi mikroba tanpa pembalutan (encapsulated) akan turun 30% dari populasi awal sedangkan dengan pembalutan, populasi mikroorganisme di dalam sediaan mikroba anaerobik (probiotik SR) relatif stabil. Bahan pernbalut yang digunakan adalah gum Arabic, alginate atau kalsium khlorida.
Pengeringan sediaan mikroba yang telah dibalut juga harus diperhatikan, yaitu prosespengering beku (freeze drying) lebih baik daripada proses pengeringan matahari. Panas matahari, sinar UV dan aliran udara (oksigen) pada proses pengeringan matahari akan menyebabkan kerusakan yang besar terhadap sediaan mikroba. THALIB et al. (2001a; 2002) menyimpulkan pentingnya pembalutan sediaan mikroba dan juga proses pengeringan dengan cara freeze drying untuk menjaga kestabilan dan efektivitas mikroorganisme tersebut. Sediaan mikroba yang sudah dibalut (encapsulated) dan disimpan selama 4 bulan tidak mengalatni penurunan populasi mikroorganisme .
Kemampuan sediaan mikroba yang telah disimpan tersebut dalam mencerna bahan kering rurnput Gajah tidak berbeda dengan kemampuan cairan rumen segar . Pengaruh jenis kantong penyimpan dan lama penyimpanai 4erhadap nilai gizi produk fermentasi lumpur sawit dengan Aspergillus niger juga telah dievaluasi (PASAR.IBU et al., 2001) .
Aktivitas enzim ananase dan selulase dalam produk fermentasi turun selama penyimpanan dan daya cerna bahan kering produk fermentasi juga turun secara signifikan setelah 12 minggu disimpan . Kadar nitrogen terlarut turun  setelah 6 minggu disimpan dan kadar protein sejati turun secara signifikan setelah 8 minggu disimpan . Karung plastik pakan yang banyak aerasinya (tidak rapat) temyata merupakan jenis kantong penyimpan yang iebih baik dibandingkan kantong plastik biasa (sedikit aerasinya) atau kertas semen pada penyimpanan suhu kamar (PASARIBU et al., 2001) .
Dengan kondisi di Indonesia yang tropis, panas dan lembab, maka teknik perbanyakan, proses pengeringan dan lama penyimpanan mikroorganisme atau produk fermentasi harus sangat diperhatikan . Perlunya mencantumkan tanggal kadaluarsa untuk produk mikroorganisme karena populasi dan efektivitas mikroorganisme menurun dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Begitu pula, dengan tanggal kadaluarsa untuk produk fermentasi karena produk fermentasi mengalami penurunan kualitas selama penyimpanan .

2.3 Pemanfaatan Mikroorganisme Untuk Limbah-Limbah Pertanian
Limbah pertanian yang begitu beragam jenisnya tersedia di Indonesia dan karena nilai gizinya yang rendah, perlu diusahakan teknologi untuk memperbaikinya. Perlakuan biologis menjadi teknologi yang banyak diminati saat ini karena banyak jenis mikroorganisme yang mampu mengurangi kadar lignin, senyawa anti nutrisi dan mampu meningkatkan nilai kecernaan serat dari limbah pertanian tersebut . Cassapro merupakan produk fermentasi substrat padat (solid substrate fermentation) oleh kapang Aspergillus niger terhadap bahan pakan onggok . Cassapro pada awal tahun 90-an diperkenalkan oleh Balitga untuk pakan unggas Cassapro mempunyai kandungan total protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan kontrol . Cassapro dapat juga digunakan sebagai bahan pakan konsentrat untuk temak ruminansia termasuk sapi perah . Cassapro dibuat melalui 2 proses yaitu proses fermentasi dan proses enzimatis selama 2 hari.
Setelah kedua proses tersebut selesai, bahan onggok yang sudah diselubungi oleh jamur A. niger kemudian dikeringkan dan produk ini disebut cassapro . Berbagai enzim dihasilkan oleh kapang A. niger seperti misalnya : enzim mananase, selulase dan enzim-enzim 1 7 8 pemecah karbohidrat lainnya sehingga selama fermentasi, kapang ini mampu mendegradasi serat . Kapang ini dapat tumbuh dengan memanfatkan urea dan campuran mineral lainnya sehingga dapat meningkatkan kadar protein kasar.
Fermentasi dengan Aspergillus niger ini tidak hanya terbatas pada onggok saja, tetapi dapat juga digunakann pada limbah pertanian lainnya seperti limbah pabrik tempe berupa kulit kacang kedelai kulit kopi, dan limbah perkebunan sawit Aspergillus niger adalah inokulum yang paling sering digunakan karena mudah dibiakkan, tidak cepatterkontaminasi oleh mikroorganisme lain dan mampu tumbuh lebih. baik dibandingkan jamur lain . Selain Aspergillus niger, Aspergillus oryzae juga dapat dipakai sebagai inokulum untuk fermentasi onggok atau bungkil kedele. Jamur pelapuk putih (tiram putih) atau coklat (Ganoderma lucidum) juga dipakai untuk meningkatkan kualitas bahan pakan yang sulit dicerna. Jamur pelapuk ini dapat memecah ikatan lignoselulosa karena jamur ini mengeluarkan. enzirn fenoloxidase, laccase dan manganoxidase yang termasuk enzim-enzim pemecah lignin melaporkan adanya peningkatan kecernaan bahan kering substrat walaupun kandungan lignin dan selulosa dalam kulit kayu tidak berkurang .
Pada jerami padi, jamur pelapuk putih dilaporkan dapat meningkatkan nilai kecernaan bahan kering jerami pad Penggunaan produk fermentasi di dalam ransum biasanya menggantikan sebagian dari konsentrat komersial . Tidak seperti probiotik yang ditambahkan ke dalam ransum dalam jumlah yang sangat sedikit, produk fermentasi ditambahkan ke dalam ransum sebanyak 5 sampai 66%. Penggantian konsentrat dengan produk fermentasi menyebabkan peningkatan total konsumsi pakan dan kecernaan bahan kering . Selain kecernaan, retensi nitrogen dilaporkan meningkat dan pasokan N-mikroba juga meningkat  . Analisis kadar amonia dan asam lemak terbang memperlihatkan sedikit peningkatan (tidak signifikan) dibanding kontrol.
Mekanisme meningkatnya kecernaan pakan karena produk fermentasi belum dapat dijelaskan secara baik. Adanya senyawa-senyawa yang terbentuk selama proses fermentasi dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk pertumbuhan mikrooganisme rumen mungkin menyebabkan fungsi rumen lebih baik dalam mencerna pakan.
2.4 Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Proses Silase/Fermentasi Jerami Padi/Rumput
Pembuatan silase sudah dikenal sejak lama terutama di daerah yang mengalami musim dingin . Proses silase berguna untuk mengawetkan hijauan yang banyak tersedia di musim semi/panas dan kemudian silase dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak pada musim dingin. Pembuatan silase juga sangat bermanfaat untuk daerah-daerah yang bermusim kemarau cukup panjang . Silase dibuat dalam suasana anaerob dan dengan tumbuhnya mikroorganisme tertentu di dalamnya membuat pH silase menjadi rendah (asarn) dan keadaan ini, membuat silase awet sarnpai beberapa bulan . Secara alami, mikroorganisme seperti bakteri asam laktat akan turnbuh sendiri secara perlahan-lahan . Untuk mempercepat proses silase, beberapa mikroorganisme pembentuk asam ditambahkan ke dalam hijauan . Tabel 3 memperlihatkan adanya penambahan mikroorganisme seperti Lactobacillus sp. atau campuran mikroorganisme (seperti . misalnya : EM4, Probion, Bio P2000Z). Probion adalah campuran mikroorganisme yang langsung diberikan pada ternak dan ternyata dapat dipakai sebagai inokulum untuk fermentasi jerami atau rumput . Ada juga pembuatan silase dengan cairan rumen kerbau segar atau isolat bakteri anaerob dari cairan rumen kerbau sebagai inokulum (BESTARI et al., 2000; SASONGKO dan SUGORO, 2004).
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa silase dibuat dalam keadaan anaerob, bahan disimpan di dalam kantong plastik yang diikat rapat selama 2 minggu (NOVITA et al., 2004; SYAMSUDDIN el al., 2004) tetapi pada penggunaan probion, jerami padi hanya ditumpuk-tumpuk sampai ketinggian tertentu tanpa ditutupi oleh plastik dan didiamkan selarna 3 minggu (HARYANTO et al., 2004a) . Jadi cara pengawetan jerami dengan penambahan Probion hampir sama dengan cara pembuatan kompos yang dilakukan dalam keadaan aerob. Untuk membedakannya dengan proses silase, maka cara ini disebut proses fermentasi . Pada proses silase jerami padi dengan Inenggunakan EM4, urea juga ditambahkan ke dalamnya sehingga selama proses pemeraman terjadi juga proses amoniasi (NovrrA et al ., 2003; AKMAL et al., 2004) . Proses amoniasi mampu melunakkan serat-serat jerami padi (proses swollen) sehingga serat menjadi lebih mudah disusupi mikroba rumen dan kemudian mudah didegradasi .
 Oleh sebab itu, terjadinya peningkatan kecernaan jerami padi tidak hanya oleh proses fermentasi oleh mikroba tetapi kemungkinan besar lebih disebabkan oleh proses hidrolisis basa lemah (amoniasi) . Untuk membuktikan proses mana yang lebih berpengaruh terhadap peningkatan kualitas jerami padi perlu dibandingkan WARTAZOA Vol. 15 No. 4 Th. 2005 pengaruh masing-masing proses amoniasi dan proses fermentasi terhadap kualitas jerami padi . Pada proses fermentasi dengan Probion, penggunaan urea dimaksudkan untuk menjadi swnber amonia yang diperlukan untuk pertumbuhan atau perkembangan mikroba dalam proses fermentasi tersebut (HARYANTO et al ., 2004b; BUDIARSANA et al., 2005).
Proses silase atau fermentasi ternyata mampu rneningkatkan nilai kecernaan dari jerami padi, bahkan terjadi peningkatan kualitas sehingga dapat menggantikan rumput Gajah (BESTARI et al., 200; THALIB et al ., 2000; HARYANTO et al., 2004b) . Oleh sebab itu, pemberian jerami padi yang telah disilase atau difermentasi dapat meningkatkan konsumsi dan bobot badan ternak yang lebih tinggi dari pada ternak kontrol yang hanya mengkonsumsi jerami padi tanpa perlakuan (BESTARI et al., 2000; TITALIB et al., 2000 ; SARIUBANG et al., 2000; SASONGKO dan SuGoRo, 2004) . Walaupun rumput Gajah dapat digantikan oleh jerami padi yang disilase/difermentasi, pemberian  jerami harus disertai dengan pemberian konsentrat agar dapat meningkatkan bobot badan ternak . Pemanfaatan jerami padi yang disilase/difermentasi untuk jangka panjang mungkin berpengaruh pada reproduksi ternak betina karena sangat rendahnya kadar karoten sebagai provitamin A dalam jerami padi dibandingkan dengan rumput Gajah .
Menurut PRESTON (2005), sumber serat yang masih berwarna hijau mengandung karoten yang  akan diubah menjadi vitamin A sehingga tidak diperlukan suplemen vitamin A bila ternak diberi pakan hijauan, tetapi kadar karoten mudah berkurang karena proses pengeringan dengan panas atau semakin lama disimpan. Oleh sebab itu, disarankan untuk menambahkan vitamin A ke dalam pakan basal jerami padi . Pada sentra-sentra penghasil padi, fermentasi (silase) jerami padi adalah salah satu cara pengawetan pakan yang paling baik dan seharusnya dapat dilakukan secara rutin karena cara ini dapat menjaga ketersediaan pakan terutama di musim kering yang panjang.
Hasil studi KURTz dan PANJAITAN (2002) menyimpulkan bahwa petani mengakui bahwa jerami padi yang disilase atau difermentasi merupakan persediaan pakan yang paling cocok untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau . Tetapi, pembuatan silase jerarni padi mengalami hambatan karena petani harus mengeluarkan biaya untuk kantong plastik atau tempat pemeraman jerami padi.
Petani juga kesulitan mendapatkan tempat aman untuk menghindari tikes melubangi kantong plastik yang berisi silase. Proses fermentasi jerami tampak lebih mudah tetapi karena dilakukan di tempat terbuka maka kemungkinan terkontaminasi oleh mikroorganisme pembusuk lebih besar daripada proses silase . Proses ini akan sangat berhasil di tingkat petani kalau mereka diberi pengetahuan  terlebih dahulu tentang cara pembuatannya, jumlah modal yang dibutuhkan, resiko yang mungkin tetjadi dan setelah itu mengerjakan fermentasi jerami padi ini secara kelompok . Selain itu, yang perlu dipertimbangkan adalah pemakaian jenis mikroorganisme yang tidak membahayakan ternak maupun lingkungan dalam jangka panjang bila mikroorganisme atau campurannya tersebut akan dipakai terus menerus . Perlu juga diketahui bahwa mikroorganisme sangat mudah bermutasi sehingga kontrol mengenai hal inipun sangat perlu.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Beberapa mikroorganisme tunggal atau campurannya yang dipakai sebagai inokulum untuk fermentasi hijauan/hasil samping pertanian atau dipakai sebagai probiotik telah tersedia secara komersial danada juga yang diproduksi oleh Balai Penelitian Ternak. Pemanfaatan mikroorganisme dalam pakan temak ruminansia di Indonesia telah banyak dilakukan di laboratorium atau di. lapangan dan. banyak hasil penelitian yang memberikan respon positif. Meskipun demikian, penelitian yang lebih spesifik dan mendalam tentang mikroorganisme tersebut hares dilakukan dan perlu adanya standari.sasi dan kontrol sehingga dapat meyakinkan pengguna mengenai keamanan dan keuntungan penambahan mikroorganisme ke dalam pakan ternak.
3.2 Saran
            Perlu terus diusahakan pemanfaatan mikroorganisme di lapangan baik dalam bentuk probiotik atau sebagai produk fermentasi agar pemanfaatan limbah-limbah pertanian dapat dilakukan secara maksimum sehingga ketersediaan pakan dapat terus terjamin sepanjang tahun dan terciptanya lingkungan yang lebih bersih dengan basil akhir adalah peningkatan produktivitas ternak .



Daftar Pustaka
mediabekti.blogspot.com/.../sekedar-info-mengenai
www.fapet.unud.ac.id/.../aplikasi-produk-bioteknologi


Previous
Next Post »