Laporan Organ Reproduksi Sapi Jantan ~ ShareYuk

Laporan Organ Reproduksi Sapi Jantan

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK
(ORGAN REPRODUKSI SAPI JANTAN)
(PET-2328)





Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah Ilmu dan Teknologi Reproduksi Ternak ( PET- 2328) Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar


RIFAL
NIM : 60700113025



LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan.
Reproduksi hewan jantan adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina.
Pada hewan ternak, alat kelamin jantan umumnya mempunyai bentuk yang hampir bersamaan, terdiri dari testis yang terletak di dalam skrotum, saluran-saluran alat kelamin, penis, dan kelenjar aksesoris. Alat kelamin jantan dibagi menjadi alat kelamin primer berupa testis dan alat kelamin sekunder berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan dunia luar yaitu vas deferent, epididimis, vas deferent, dan penis yang di dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan aksesoris keluar pada waktu enjakulasi.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dari itu dilakukan praktikum mengenai anatomi organ reproduksi ternak jantan beserta letak dan fungsi dari masing-masing organ reproduksi pada ternak jantan.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini bagimana anatomi organ reproduksi ternk sapi jantan?
3. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukan praktikum mengenai pengenalan organ reproduksi jantan adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk anatomis dan bagian-bagian organ kelamin jantan serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Gambara Umum
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan. Fungsi alamiah seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara sempurna meletakakannya ke dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan hanya memodifiser cara dan tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-proses fisiologik dalam tubuh hewan jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa. Akan tetapi pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu sendiri.
Di dalam alquran  Q.S. Al-mu’minun: 12-15 Allah telah memberikan penjelasan tentang reproduksi yang berbunyi  sebagai berikut :
ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ (١٢)هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ رِزْقًا وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلا مَنْ يُنِيبُ (١٣)فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (١٤)رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلاقِ (١٥).
Terjemahnya :
12. Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha besar. 13. Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. dan Tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). 14. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya). 15. (Dialah) yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang mempunyai 'Arsy, yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya Dia memperingatkan (manusia) tentang hari Pertemuan (hari kiamat).
2. Gambara Khusus
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi Tunika Vaginalis dan Selubung testisEpididymisDuktus deferen, kelenjar aksesori (kelenjar Vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), urethra, dan penis yang dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).
2.1.Testis 
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) ( Saputro et al, 2008).
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok (Frandson, 1992).
Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman, 1992).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis hewan jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferous (Dellmann, 1992).
2.2. Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok–kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma (Frandson, 1992).
Atas dasar histologi, histokimia dan ultrastruktur,epididymis dapat dibagi dalam beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum, bagian proksimal dari epididymis (kepala dan badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa, sedangkan bagian ekor epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini 45% spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah melalui epididymis yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama persinggahan dalam duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik dan fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang mencapai ekor epididymis. Setelah masak, spermatozoa dewasa disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama, lebih lama daripada bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).
Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses pematangan, seperti mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat penting, karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan. Adapun fungsi pokok Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis. Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot dinding saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ khusus untuk penimbunan sperma, karena sekitar 75% dari total sperma Epididymis berada dibagian ini dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis memberikan persentase kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian caput Epididymis yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).
2.3.Duktus deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar pada betina (Frandson, 1992).
Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis. Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia (Dellmann, 1992).
2.4.Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di sekitar penis (Frandson, 1992).
2.5.Kelenjar-Kelenjar Tambahan
2.5.1.      Kelenjar Vesicularis
Pada sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli; letaknya sebidang dengan ampulla vas deferens tetapi ada di sebelah lateral, jadi kedua ampula itu diapit oleh kedua kelenjar vesikuralis (Partodiharjo, 1987).
Sekresi kelenjar vesikularis merupakan 50% dari volume total dari suatu ejakulasi yang normal. Jadi kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc maka 2½ cc berasal dari kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987).
2.5.2.      Kelenjar Prostate
Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh lebih kecil daripada kelenjar vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam urethra kira-kira pada jarak 19 cm kaudal dari muara kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987).
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretrha pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian; bagian padat kelenjar atau bagian luar (corpus prostat), dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian luar menutup bagian dorsalnya saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra pelvis (Dellman, 1992)
2.5.3.      Kelenjar cowper
Terdapat sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak dorsoventral uretra dalam rongga pelvis. Bersifat sebagai kelenjar tubulus majemuk (babi, kucing, dan kambing jantan), atau tubuloalveolar (kuda, sapi dan domba jantan), anjing tidak memilikinya (Dellman, 1992).
Pembuluh sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu kemudian menuju ke urethra; setelah 2-3 cm dari tempat pertemuan, pembuluh itu bermuara ke dalam urethra. Baik kelenjar prostat maupun cowper terbentuk dari lobuli dan tiap-tiap lobuli berbentuk tabung. Tiap-tiap lobuli dipisahkan oleh suatu dinding pemisah yang mengandung serabut-serabut urat daging licin. Urat dagung ini berkontraksi secara tiba-tiba dan sekresinya memancar keluar. Sel-sel sekretorinya berbentuk kubus dengan inti di dasarnya dan beberapa bintik-bintik di sekitar inti (Partodiharji, 1987).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

1.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/tanggal            :   Rabu/ 6 Mei 2015
Pukul                       :   13.00 – 15.00 WITA
Tempat                    :  Laboratorium THT Jursan Ilmu Peternaka Fakultas Sains &
      Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2.    Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
2.1. Alat
2.1.1.      Pisau
2.1.2.      Pentul
2.1.3.      Kertas label
2.1.4.      Tissue rol
2.1.5.      Meteran
2.2.Bahan
Alat reproduksi jantan


3.      Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah
3.1.Menyediakan organ reproduksi sapi jantan pada meja praktikum, dan memberi label
3.2.Memprhatikan satu persatu organ-organ reproduksi tersebut hingga dapat mengetahuinya
3.3.Mempehatikan bentuk dan fungsinya dari setiap organ reproduksi sapi jantan
3.4. Menggambar organ reproduksi sapi jantan secara utuh dan membandingkan literature yang ada.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.    Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.1.  Gambar Literatur



  






1.2.   Gambar Asli
Description: 10646902_892608560812961_102179547421591872_n.jpg









Sumber: Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Terpadu Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi, 2015.
1.3.  Gambar dari Laboratorium







Sumber: Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Terpadu Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi, 2015.

1.4.  Tabel Organ Reproduksi Sapi Jantan

No.
Nama Organ Reproduksi Sapi Jantan

Bentuk

Warna
1.
Penis


2.
Preputium


3.
Urethra


4.
Ampulla


5.
Vas deferens


6.
Epididymis


7.
Testis


8.
Scrotum


Sumber: Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Terpadu Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi, 2015.

1.5.  Grafik Organ Reproduksi Sapi Jantan
 




2.    Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa testis pada hewan jantan berbentuk lonjong dan berwarna putih pucat. Ukuran testis pada berbagai jenis ternak bervariasi hal ini dapat disebabkan karena perbedaan genetik dan lingkungan di samping perbedaan umur ternak juga sangat mempengaruhi perkembangan ukuran bagian-bagian tubuhnya.
Di dalam testis terdapat tubulus seminiferi yang mengakibatkan testis dapat berfungsi sebagai penghasil sperma. Disamping itu adanya tubulus-tubulus di dalam testis yang dirangsang oleh FSH mengakibatkan testis juga dapat menghasilkan hormon yakni testosteron yang berfungsi untuk mempertahankan sifat kelamin sekunder. Hal sesuai dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Ditambahkan pula oleh Feradis (2010), yang menyatakan bahwa testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel kelamin jantan, dan menyekresikan hormon kelamin jantan yaitu testosteron.
Organ kelamin sekunder pada sapi berupa vas deferens. Vas deferens merupakan saluran yang panjang dan berliku-liku, yang berdampingan dengan corpus epididymis. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Ukuran vas deferens pada berbagai sapi bervariasi, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan lingkungan tempat tinggal serta perbedaan genetik. Vas deferens merupakan saluran yang berdampingan dengan corpus epididymis, dimana saluran ini berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bhima (2009), yang menyatakan bahwa vas deferens berfungsi untuk  mengangkut sperma dari ekor epididymis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan konsistensinya seperti tali dekat ekor epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan sejajar dengan badan epididymis.
Organ kelamin sekunder lain pada sapi yaitu epididymis. Epididymis memiliki struktur yang panjang dan bertautan dengan testis, yang panjang dan berliku. Terdiri dari 3 bagian yaitu caput epididymis yang merapat dibagian atas testis, kemudian diarah lateral memanjang corpus epididymis, dan diujung testis terdapat ekor/cauda epididymis. Setiap bagian epididymis memiliki fungsi yang berbeda dimana caput epididymis berfungsi untuk menampung sperma yang telah dihasilkan oleh testis dan menyimpannya hingga tercapai maturasi. Selanjutnya corpus epididymis menjadi saluran yang membawa sperma dari caput menuju ke kauda epididymis.  Lalu sperma berakhir di cauda epididymis, yang berfungsi untuk menimbun sperma hingga akhirnya terjadi ejakulasi dan sperma akan keluar menuju vas deferens. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), yang menyatakan bahwa epididimis merupakan saluran berkelok-kelok yang menghubungkan testis dengan ductus deferens. Epididimis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kepala (caput epididimis), bagian badan (corpus epididimis) dan bagian ekor (cauda epididimis).
Organ kelamin sekunder selanjutnya yaitu urethra. Urethra merupakan saluran tunggal yang memanjang dari persimpangan ampulla ke ujung penis dan berfungsi sebagai saluran ekskretoris baik urin maupun semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf (2012), yang menyatakan bahwa urethra adalah saluran tunggal yang memanjang dari persimpangan ampulla ke ujung penis. Saluran ini berfungsi sebagai saluran ekskretoris baik urin maupun semen. Selama ejakulasi pada sapi, terdapat campuran lengkap konsentrasi spermatozoa dari ductus deferens dan epididymis dengan cairan dari kelenjar tambahan pada bagian pelvis urethra untuk membentuk semen.
Organ reproduksi luar pada sapi berupa scrotum. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testis atau biasa disebut sebagai pembungkus testis yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testis serta mempertahankan suhu testis sehingga dapat memproduksi spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum adalah tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Fungsi utama scrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.
Penis merupakan organ kopulasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu gland penis dan penis. Gland penis pada sapi memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Gland penis pada ujung testis menjadi pusat saraf pada penis, karena gland penis ini dialiri oleh banyak pembulus saraf dan merupakan tempat ujung saraf yang mendukung proses ejakulasi. Sedangkan penis merupakan organ kopulasi  yang berfungsi untuk menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina serta sebagai tempat keluarnya urine. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992) yang menyatakan bahwa penis mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina dan sebagai tempat keluarnya urine karena berhubungan langsung dengan ureter/uretra sedangkan diujung penis dimana terdapat gland penis yang dialiri banyak pembuluh saraf dan merupakan tempat ujung saraf.
Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi untuk membungkus atau menutup ujung penis. Setelah masa pubertas tercapai pada seekor jantan maka preputium ini akan terbuka yang memungkinkan penis untuk keluar masuk pada saat ereksi dan relaksasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuryadi (2000), yang menyatakan bahwa preputeum adalah bagian dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membran mukosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari penis.
Adapun kelenjar yang berperan dalam proses reproduksi sapi jantan yaitu kelenjar vesikula seminalis. Kelenjar ini befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma. Hal ini sesuai dengan pendapat Feradis (2010), yang menyatakan bahwa sekresi kelenjar vesikularis merupakan cairan keruh dan lengket yang mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa, dan beberapa enzim yang konsentrasinya tinggi, kadang-kadang berwarna kuning karena mengandung flavin. pH-nya berkisar 5,7 sampai 6,2. Sekresi kelenjar vesikularis membentuk 50 persen dari volume ejakulasi normal pada sapi.
Kelenjar prostat merupakan kelenjar pensekresi cairan yang kental seperti susu yang tercampur pada semen  yang memberikan bau yang khas terhadap semen. Disamping itu kelenjar ini menghasilkan cairan yang mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen serta berperan dalam proses ejakuasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dellmann (1992), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi kelenjar prostat adalah menetralisirkan plasma mani, membuatnya asam dengan akumulasi metabolit karbondioksida dan asam laktat dan untuk merangsang gerak aktif spermatozoa dalam ejakulasi.
Kelenjar cowper merupakan saluran yang menuju ke urethra dimana sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urin yang ada dalam urethra sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dirondz (2013), yang menyatakan bahwa kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang urethra, dekat dengan titik keluarnya urethra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletak mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam urethra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat dilihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi.


BAB V
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut organ reproduksi jantan terdiri dari testis, vas deferens, epididymis, urethra, scrotum, preputium dan penis. Testis berfungsi sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel kelamin jantan, dan menyekresikan hormon kelamin jantan yaitu testosteron. Vas deferens berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi. Epididymis berfungsi untuk menampung sperma yang telah dihasilkan oleh testis dan menyimpannya hingga tercapai maturasi. Urethra berfungsi sebagai saluran ekskretoris baik urin maupun semen. Scrotum berfungsi untuk melindungi testis serta mempertahankan suhu testis sehingga dapat memproduksi spermatozoa. Preputium berfungsi untuk membungkus atau menutup ujung penis. Penis merupakan organ kopulasi  yang berfungsi untuk menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina serta sebagai tempat keluarnya urine.
2.    Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini adalah sebaiknya pada saat praktikum selanjutnya bahan awetan yang digunakan baru agar praktikan dapat melihat dengan jelas bagian-bagian dari alat reproduksi jantan secara utuh.
DAFTAR PUSTAKA



Dellmann, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga.Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Saputro. 2008. Histologi Organ Reprodusi Jantan. Universitas Brawijaya. Malang.
Soeroso, Y. Duma. 2012. Hubungan antar Lingkar Skrotum dengan Karakteristik Cairan dan Spermatozoa dalam Cauda Epididymis pada Sapi Bali (The Correlation of Scrotal Circumference, Spermatozoa of Epididymis Caudalis and Dilution Characteristic in Bali Cattle). Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu
Suatyo, P., dan Chaeri, A. 2013. Histologi Reproduksi Jantan Tikus Putih Setelah Pemberian Propoxur. http://isjd.pdii.lipi.go.id (diakses pada tanggal 9 Mei 2016)
Widjanarko, Bambang. 2011. Informasi Reproduksi. www.fisiologi-reproduksi.html (diakses pada tanggal 9 Mei 2015)

Previous
Next Post »