Laporan Persilangan Satu dan Dua Sifat Beda ~ ShareYuk

Laporan Persilangan Satu dan Dua Sifat Beda

Laporan Praktikum Biologi Umum
(Persilangan Satu dan Dua Sifat Beda)

DisusunOleh :
Nama              : Rifal
Nim                 : 60700113025
Kelompok      : III (Tiga)
Asisten            : Fitri 


Laboratorium Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2013


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “Persilangan Satu dan Dua Sifat Beda” disusun oleh :
Nama               : Rifal
Nim                 : 60700113025
Kelompok       : III(tiga)
Telah diperiksa oleh asisten/koordinator asisten dan disepakati dapat diterima.
                                                                        Samata – Gowa, …. November 2013

Koordinator Asisten                                                               Asisten

                                                                       
DITHA KHARISMA FAKHRIANI                                                FITRI
Nim : 60300111008                                                                Nim :

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

HASYIMUDDIN SYAM
Nip :

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktukum ini adalah mempelajari persilangan satu dan dua sifat beda.
B. Dasar Teori
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut ilmu genetika. Genetika berasal dati bahasa latin yaitu Genos yang berarti asal usul. Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada mahkluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang, janya elum dipelajari secara sistematis. Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke 19 oleh mendel (Maryati, 2007).
Gregor Johann Mendel (1822-1884) disebut juga Bapak Genetika karena percobaannya, beliau dapat meletakkan dasar-dasar ilmu genetika. Dalam percobaanya, mendel menggunakan tanaman kacang kapri atau ercis (Pisum sativum). Alasannya, tanaman kacang kapri memiliki siklus hidup yang tidak lama , mudah disilangkan, memiliki bunga sempurna, serta memiliki tujuh sifat beda yang mencolok. Dengan penelitian menggunakan kacang kapri tersebut, akhirnya mendel dapat menemukan hukum genetika yang dikenal sebagai hukum mendel I dan hukum mendel II. Hukum mendel II disebut juga hukum asorti atau penggelompokan gen-gen secara bebas. Menurut hukum ini, gen-gen yang sealel memisah secar bebas ketika berlangsung pembelahan meosis pada pembentukan gamet-gamet. Hukum mendel II dapat dibuktikan denmgan persilangan dihibrid atau lebih. Mendel memperoleh hukum segregasi dengan melalkukan persilangan monohibrid. Mendel menyilangkan kapri galur murni beratang tinggi dengan tanaman kapri berbatang rendah. Hasil persilangan tersebut menunjukkan bahwa semua tanaman-tanaman kapri keturunan pertama (F1) memiliki sifat yang dengan sifat salah satu induknya, yaitu semuanya berbatang tinggi. Mendel kemudian menyilangkan sesama tanaman F1 tersebut dan hasilnya, tanaman kapri keturunan kedua (F2) menunjukkan perbandingan fenotip tanaman berbatang tinggi : tanaman berbatang rendah=3:1 (Pujianto, 2008).
Hukum mendel I disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang sealel. Menurut hukum mendel I, tiap organisme memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel terseut terpisah sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum mendel I tersebut sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari generasi ke generasi . Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, teknologi banyak dimanfaatkan agar kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah dan nyaman. Ilmu pewarisan sifat atau dalam biologi dinamakan Genetika,  dimanfaatkan khususnya dalam usaha untuk mengembangbiakkan hewan atau tumbuhan yang memiliki sifat-sifat unggul Sifat unggul hewan atau tumbuhan bisa diperoleh dengan jalan persilangan diantara hewan atau tumbuhan yang ingin kita dapatkan bibit unggulnya misalnya di bidang peternakan, melalui persilangan dapat ditemukan bibit hewan ternak seperti ayam, sapi, dan kuda (Mulyadi, 2008).
C. Metode Pratikum
1.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah :
Hari / Tanggal                :Selasa /11 November 2013
Pukul                              : 05.00 – 17.00 WITA
Tempat                           : Laboratorium Biologi Dasar Lantai I
                               Fakultas Sains dan Teknologi
                   Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar  
            Samata – Gowa.
2.    Alat dan Bahan
a. Alat dan bahan
                             Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu toples dua buah, kancing genetika berwarna merah 100 biji dan kancin genetika berwarna putih 100 biji.
3.    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :
a.  Persilangan monohibrid
             Memasukkan 12 kancing putih dan 12 kancing merah pada masing-masing kantong baju. Dua kantong tersebut tersebut mewakili dua individi pada generasi parental satu percobaan. Kancing merah mewakili gen dominan untuk biji kacang kapri bulat (B) dan kancing putih mewakili gen resesif untuk biji kacang kapri yang keriput (b), mengocok masing-masig kantong hingga ke dua kancing tercapur secara homogen, memasukkan satu tangan kedalam kantong baju dan tangan satunya lagi kedalam kantong baju lainnya, mengambil kancing tersebut secara bersamaan dan acak, Dan setelah itu meletakkan kancing tersebut diatas meja (kancing tersebut mewakili filial). Serta mencatat hasil kombinasi kancing berupa merah merah, merah putih, atau putih-putih,  dan mengulang proses tersebut sebanyak 10 kali.
            b. Persilangan Dihibrid
        Kotak genetika dua buah dengan model gen berwarna merah (M), putih (m), hitam (B) dan hijau (b), meletakkan model gen sehingga membentuk Mb, Mb, mB, mb, menempatkan dalam sebuah kotak, 50 buah model gen MB, 50 gen Mb, 50 gen mB, dan 50 buah gen mb, menempatkan dalam kotak lain jumlah gen yang sama dengan kotak betina sebagai kotak jantan, mengocok masing-masing kotak secara acak sehingga tercampur secara homogen, secara serentak ambillah kedua kotak tersebut pasangan model gen dan campurkan pasangan model tersebut, dan mencatat hasil kombinasi pasangan tersebut dalam bentuk tabel tabulasi.




D. Hasil Dan Pembahasan 
1. Hasil Pengamatan
Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
3
6
3

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
3
7
2

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
2
6
3

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
3
6
3

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
3
6
3

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
3
6
3

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
4
4
4

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
2
8
2

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
3
6
3

Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                   
Merah-Merah
Merah-Putih
Putih-Putih
1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11.



12.



Frekuensi
5
2
5



a.  Persilangan Monohibrid
Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                    
Merah-Merah (MM)
Merah-Putih (Mm)
Putih-Putih (mm)
1.
3
6
3
2.
3
7
2
3.
3
6
3
4.
3
6
3
5.
3
6
3
6.
3
6
3
7.
4
4
4
8.
2
8
2
9.
3
6
3
10.
5
2
5
Frekuensi
32
57
31

1.      MM = 32∕120 x 100% = 26,6 %
2.      Mm = 51/120 x 100% = 47,5 %
3.      Mm = 31/120 x 100% = 99,9 %
b.  Persilangan Dihibrid
Pengambila
      Ke
                     Hasil Pengamatan                    
Merah hitam
Merah hijau
Putih hitam 
putih hijau
1.
7
5
1
3
2.
6
6
1
3
3.
4
6
1
5
4.
12
1
1
2
5.
7
1
4
4
6.
9
2
1
4
7.
10
2
1
3
8.
1
10
0
5
9.
8
3
0
5
10.
8
4
1
3
Frekuensi
72
40
11
37

1.      Merah hitam = 72/160x 100% = 45 %
2.      Merah hijau = 40/160 x 100% = 25 %
3.      Putih hitam = 11/160 x 100% = 6,87 %
4.      Putih hijau = 31/160 x 100% = 23,1 %
2. Pembahasan
a. Persilangan Monohybrid
Dalam Ilmu Genetika  persilangan monohibrid ditentukan oleh gen-gen yang memisah secara bebas, di mana pada pembentukan gamet (Gametogenesis) untuk gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam sel anakan. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing menuju ke satu gamet. Hal ini dikenal juga dengan Hukum  I Mendel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Pada persilangan monohibrid yang diperhatikan hanya satu sifat beda, namun dominasi dari sifat gen sangat menentukan untuk kemunculan sifat pada setiap individu (fenotip). Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan tentang istilah-istilah dalam persilangan, ciri-ciri dari persilangan monohibrid dominan-resesif dan intermedier, macam-macam gamet, dan bagaimana proses persilangan monohibrid seperti yang dilakukan oleh Mendel sehingga diperoleh prinsip-prinsip dalam persilangan


Istila-istilah dalam persilangan adalah sebagai berikut :
a.    Parental (P)  atau induk atau orang tua
b.   Filial (F1) adalah keturunan
c.    Gamet adalah sel Kelamin; ada dua macam yaitu: Sperma (pria/jantan) dan     Ovum (wanita/betina)
d.   Fenotip adalah Sifat yang tampak dan dapat diamati: bentuk, warna, ukuran, rasa, dll
e.    Genotip adalah susunan gen sehingga mempengaruhi fenotip; dilambangkan dengan huruf BB, Hh, BbKk, TtHhRr, dll
f.    Gen adalah substansi hereditas; sesuatu yang oleh Mendel disebut sebagai penyebab timbulnya karakter.
g.   Alel adalah pasangan gen dan terletak dalam lokus yang sama; atau merupakan anggota dari sepasang gen yang memperlihatkan pengaruh berlawanan.
h.   Dominan adalah sifat yang menutupi sifat lain yang sealel
i.     Resesif adalah sifat yang tertutupi oleh sifat alel yang dominan, Sifat resesif     akan muncul dalam keasaan homozigoti
               Didasarkan pada hasil persilangan seperti yang dilakukan Mendel,  maka ciri-ciri persilangan monohibrid diantaranya adalah:
1.   Hanya memperhatikan pada satu sifat beda 
2.   Fenotip ditentukan oleh sepasang gen
3.   Pada persilangan sesama individu galur murni dihasilkan fenotip F1 100% seragam.
4.   Setiap genotip dilambangkan dengan sepasang huruf yang sama
5.   F2 memiliki jumlah genotip maksimal 4 variasi
b. Persilangan Dihibrid
               Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas.
Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi.
               Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru.
Perbandingan fenotip yang di hasilkan dari perkawinan dihibrid dominasi penuh adalah 9:3:3:1
               Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2

E. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada persilangan monohibrid nampak bahwa untuk menghasilkan individu Mm pada F1, maka baik MM maupun mm pada generasi P1 membentuk gamet. Sedangkan pada persilangan dihibrid dapat ditarik kesimpulan bahwa pada persilangan dihibrid memiliki ratio perbandingan 9:3:3:1 sebagai akibat terjadinya regenerasi gen secara independen.






















DAFTAR PUSTAKA
Blog. Memet-mulyadi.blogspot.com. Diakses tanggal 5 November 2013.
Maryati, Sri. 2007. Biologi. Jakarta:Erlangga.
Pujianto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 3. Solo:Platinum.










Previous
Next Post »