LAPORAN
LENGKAP PRAKTEK LAPANG
MANAJEMEN
TERNAK PERAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Mata Kuliah Manajemen Ternak Perah pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin
Makassar
Oleh
:
RIFAL
NIM :
60700113025
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia
yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi yaitu
susu. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa di dorong oleh
pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan
susu secara nasional, perkembangan sapi perah perlu mendapat pembinaan yang
lebih terencana sehingga hasilnya akan meningkat dari tahun ke tahun. Hal
tersebut akan dapat terlaksana apabila peternak sapi perah dan orang yang
terkait dengan pemeliharaan sapi perah bersedia melengkapi diri dengan
pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah.
Berdasarkan penjelasan diatas maka
dilakukan praktikum agar mahasiswa dapat mengetahui sistem pemeliharaan dan
tatalaksana pemeliharaan sapi perah dan untuk mengetahui manajemen ternak perah
yang baik dan benar yang meliputi perkandangan, penanganan penyakit, pemberian
pakan, pemerahan di pengolahan susu, dan manejemen pemasaran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah praktek lapang adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana sistem
pemeliharaan dan tatalaksana pemeliharaan sapi perah ?
2. Bagaimana manajemen ternak perah
yang baik dan benar yang meliputi perkandangan, penanganan penyakit, pemberian
pakan, pemerahan dan pengolahan susu ?
C.
Tujuan
Tujuan praktek lapang sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui sistem pemeliharaan dan
tatalaksana pemeliharaan sapi perah.
2. Untuk mengetahui manajemen ternak
perah yang baik dan benar yang meliputi perkandangan, penanganan penyakit,
pemberian pakan, pemerahan dan pengolahan susu.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Gambaran Umum
Sapi
Friesian Holstein (FH) merupakan sapi
perah yang produksi susunya tinggi dengan persentase kadar lemak yang rendah
apabila dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Produksi susu sapi perah
dipengaruhi oleh faktor genetik (sifat keturunan) dan faktor lingkungan.
Kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh 30% genetik dan
70% lingkungan. Manajemen pemeliharaan meliputi manajemen perkandangan dan
sanitasi lingkungan, manajemen pemberian pakan, manajemen pemerahan, pengaturan
perkawinan dan penanganan penyakit serta pencegahannya (Soebandryo, 2001).
Sapi-sapi perah di Indonesia dewasa
ini pada umumnya adalah sapi perah bangsa FH (Friesian Holstein) import dan turunannya. Kemampuan berproduksi
susu dari sapi FH (Friesian Holstein)
bisa mencapai 5984 kg tiap laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 3,7%, standar
bobot badan pada sapi betina dewasa 650 kg, sedangkan pada sapi jantan dewasa
700-900 kg. Sapi FH (Friesian Holstein)
yang mempunyai ciri-ciri anatara lain warnanya hitam berbelang putih, kepala
berbentuk panjang, lebar dan lurus, tanduk relatif pendek dan melengkung ke
depan, temperamen tenang dan jinak (Jayadi, 2012).
Sapi perah merupakan
salah satu jenis ternak perah yang dapat menghasilkan susu terbanyak. Kemampuan
produksi susu seekor sapi perah dipengaruhi oleh genetik sebesar 30% dan 70%
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satu faktor lingkungan yang
terpenting adalah manajemen/tatalaksana pemeliharaan (Utami dkk, 2004).
Susu
merupakan hasil utama dari ternak perah, dengan kandungan gizi yang lengkap dan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Nilai gizi yang terkandung antara lain
karbohidrat, protein, lemak, mineral, kalsium, vitamin A, asam amino esensial
maupun non esensial, dan sebagianya. Produksi susu yang dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia masih sangat rendah, karenanya
diperlukan peningkatan hasil, baik kualitas maupun kuantitasnya. Peluang pasar untuk susu
segar di Indonesia masih relatif besar karena penduduk Indonesia masih memiliki
tingkat komsumsi air susu yang relatif rendah, terutama susu segar. Hal ini anggapan
masyarakat bahwa susu belum menjadi kebutuhan utama sehari-hari, hanya sebagai
pelengkap. Selain itu, ada anggapan masyarakat yang salah mengenai susu sebagai
penyebab kegemukan (Annisa, 2012).
Susu merupakan produk hasil ternak yang bisa diambil
manfaatnya bagi manusia, sebagaimana
disebutkan dalam Q.S Al-Mukminun/23:21
¨bÎ)ur ö/ä3s9 Îû ÄN»yè÷RF{$# Zouö9Ïès9 ( /ä3É)ó¡S $£JÏiB Îû $pkÍXqäÜç/ ö/ä3s9ur $pkÏù ßìÏÿ»uZtB ×ouÏVx. $pk÷]ÏBur tbqè=ä.ù's?
Terjemahnya :
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat
pelajaran yang penting bagi kamu. Kami memberi minum kamu dari air susu yang
ada di dalam perutnya,dan (juga) pada binatang itu terdapat manfaat yang banyak
untuk kamu, dan sebagian dari padanya kamu makan.
B.
Manejemen Pemeliharaan
Menurut Putra (2004), yang mentakan
bahwa Manejemen pemeliharaan sapi perah dapat dilakukan sistem intensif yang terdiri
atas pemeliharaan pedet, dara, bunting, laktasi dan kering kandang.
1.
Pemeliharaan
pedet
Pedet yang baru lahir tersebut
dikeringkan atau membiarkan induk menjilatinya sehingga pedet tidak kedinginan
apabila cuaca dalam keadaan dingin. Pedet yang baru lahir perlu disiapkan
kandang dengan memberikan alas berupa jerami kering atau serbuk gergaji.
Pedet
sapi perah disapih pada umur 3-4 bulan, tergantung dari kondisi pedet. Cara
penyapihan pedet sedikit demi sedikit susu yang diberikan dikurangi.
Sebaliknya, pemberian konsentrat dan hijauan ditingkatkan sampai pada saatnya
pedet itu disapih sehingga terbiasa dan tidak mengalami stress
2. Manajemen dara
Sapi dara adalah sapi pada masa
antara lepas sapih sampai laktasi pertama kali yaitu berkisar antara umur 12
minggu sampai dengan 2 tahun. Setelah berumur 3 bulan sapi dara sebaiknya
ditempatkan di dalam kandang kelompok yang berjumlah antara 3-4 ekor, dengan
jenis kelamin, umur dan berat badan yang seragam. Kekurangan pemeliharaan atau
perawatan dimasa pertumbuhan akan meyebabkan sapi sulit bunting bila
dikawinkan, kesulitan dalam melahirkan (distokia) yang pertama kalinya, pedet
yang dilahirkan kecil dan lemah dan produksi susunya rendah. Tujuan
pemeliharaan sapi dara yaitu untuk mengganti induk “replacement” untuk sapi
perah yang mempunyai kemampuan produksi rendah serta untuk pengembangan usaha.
3.
Manajemen
laktasi
Manajemen perawatan sapi laktasi
bertujuan untuk memperoleh produksi susu yang bagus dan optimal. Sapi
laktasi perlu mendapatkan perawatan badan secara rutin, sebab setiap saat
tubuhnya menjadi kotor, berupa daki atau kotoran sapi itu sendiri. Pakan
sapi perah laktasi terbagi menjadi dua golongan yaitu pakan kasar dan pakan
penguat atau konsentrat. Pemberian
konsentrat lebih dari 60% banyak mendatangkan kerugian dibanding dengan
keuntungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bahan pakan konsentrat mengandung serat
kasar rendah dan sifatnya mudah dicerna. Kadar serat kasar yang terlalu tinggi
menyebabkan ransum sulit untuk dicerna, sebaliknya jika kadar serar kasar
rendah mengakibatkan kadar lemak susu menjadi lebih rendah dan menyebabkan
gangguan. Umur dewasa kelamin sapi yaitu 12- 17 bulan.
C.
Manajemen
Pakan
Pakan sapi perah terdiri dari hijauan Leguminosa dan rumput yang berkualitas
baik serta dengan konsentrat tinggi kualitas serta palatabel. Ransum
ternak besar (sapi) terdiri dari 60% hijauan dan 40% limbah pengolahan pangan
(bekatul dan bungkil), sedangkan pemberian pakan konsentrat hendaknya sebelum
hijauan, bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen. Hijauan
diberikan sepanjang hari secara Ad
Libitum,hijauan juga diselingi dengan jerami padi sebanyak 1 kg yang
diberikan dua kali sehari (Prihadi, 1996).
Pakan adalah campuran
berbagai macam bahan organik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat makanan yang di perluakan dbagi pertumbuhan, perkembangan dan
reproduksi, agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan
zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Annisa, 2012).
Pakan sapi
perah terdiri dari hijauan leguminosa dan rumput yang berkualitas baik serta
dengan konsentrat tinggi kualitas serta palatable. Ransum ternak besar (sapi)
terdiri dari 60 % hijauan dan 40 % limbah pengolahan pangan (bekatul dan
bungkil), sedangkan pemberian pakan konsentrat hendaknya sebelum hijauan,
bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen (Ibrahim, 2010).
Hijauan
diberikan sepanjang hari secara Ad Libitum, hijauan juga diselingi
dengan jerami padi sebanyak 1 kg yang diberikan dua kali sehari. Pemberian
konsentrat diberikan sebelum sapi diperah dengan jumlah 1-2 kg/ekor/hari atau
sebanyak 1-2 % bobot badan sapi tersebut dan pakan hijauan yang diberikan
setelah pemerahan susu sebanyak 30-50 kg/ekor/hari atau 10 % dari bobot badan
sapi. Pakan hijauan diberikan setelah pemerahan agar mikrobia dalam rumen dapat
dimanfaatkan dan karbohidrat dapat dicerna (Suprajitna, 2008).
Kebutuhan
bahan kering (BK) untuk sapi laktasi adalah 2-4 % bobot badan. BK pakan
berfungsi sebagai pengisi lambung dan merangsang dinding saluran untuk
menggiatkan pembentukan enzim di dalam tubuh ternak. Kebutuhan BK ternak akan
meningkat sesuai dengan bertambahnya produksi susu. Pakan konsentrat merupakan
komposisi pakan yang dilengkapi kebutuhan nutrisi utama, mengandung protein
lebih dari 20 % dan serat kasar kurang dari 18 %, energi tinggi berperan
sebagai penutup kekurangan zat makanan didalam pakan keseluruhannya (Suherman,
2010).
Konsentrat
mengandung serat kasar rendah dan bersifat mudah dicerna, tersusun dari
biji-bijian dan hasil dari pengolahan suatu industri pertanian.
Konsentrat berfungsi sebagai suplai energi tambahan dan protein, lebih
lanjut dijelaskan bahwa protein ransun bervariasi langsung dengan kandungan
protein hijauannya, dimana campuran konsentrat dari bahan pakan protein dan
energi kandungannya berfariasi antara 12 % dan 18 % PK. Pemberian konsentrat
dilakukan dua kali sehari sebelum pemerahan. Jumlah air minum yang diberikan
pada sapi perah laktasi sebaiknya adalah Adlibitum karena tidak akan
menimbulkan efek negatif bahkan dapat meningkatkan produksi air susu (Ely,
2013).
D. Manejemen Perkandangan
Menurut Siregar (1992), menyatakan
bahwa dalam pembuatan kandang sapi perah diperlukan beberapa persyaratan antara
lain :
1.
Memberi kenyamanan kepada sapi perah dan
bagi sipemelihara maupun pekerja kandang.
2.
Memenuhi persyaratan bagi kesehatan sapi
perah.
3.
Ventilasi maupun perputaran udara
sempurna.
4.
Mudah dibersihkan dan selalu terjaga
kebersihannya.
5.
Memberi kemudahan bagi pekerja kandang
dalam melakukan pekerjaannya sehingga efisiensi kerja dapat terlaksana
Lokasi kandang harus dekat dengan sumber
air, mudah terjangkau, tidak membahayakan ternak, tidak berdekatan dengan
pemukiman penduduk. Lokasi usaha peternakan diusahakan bukan areal yang masuk
dalam daerah perluasan kota dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak
untuk peternakan sapi perah. Ditambahkan, hal-hal lain yang perlu diperhatikan
pada kandang sapi perah adalah lantai, selokan, dinding, atap, ventilasi serta
tempat pakan dan minum. Lokasi kandang sebaiknya berada pada tanah yang datar,
tidak becek dan lembab, cukup sinar matahari, ventilasi lancar, agak jauh dari
pemukiman penduduk dan ukurannya sesuai dengan umur ternak, sebaiknya kandang
20-30 cm lebih tinggi dari tanah sekitarnya, jauh dari keramaian lalu lintas,
manusia dan kendaraan. Kandang harus dibangun dekat sumber air, sebab sapi
perah memerlukan air untuk minum, pembersihan lantai dan memandikan sapi.
Kandang sebaiknya diarahkan ke timur atau membujur ke utara selatan agar bagian
dalam kandang memperoleh sinar matahari pagi yang memadai. Sinar matahari
bermanfaat untuk mengeringkan lantai kandang sehingga mengurangi resiko
terjangkitnya penyakit (Reynaldi, 2011).
Loose house yaitu sistem perkandangan dimana hewan
dibiarkan bergerak dengan batas–batas tertentu. Sistem
perkandangan ternak dapat bergerak
dengan batas-batas tertentu karena dengan kandang seperti ini akan
memudahkan ternak untuk bergerak dan mengurangi tingkat stress pada ternak..Lantai
kandang dapat dibuat agak miring, dari bahan beton dengan perbandingan 1 bagian
semen 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil, atau tanah biasa. Lantai kandang
sebaiknya dibuat dari bahan yang cukup keras dan tidak licin untuk dapat
menjaga kebersihan dan kesehatan kandang. Kebersihan kandang sangat diperlukan
karena akan mempengaruhi kesehatan sapi. Lantai kandang terlalu
keras dapat ditutup dengan jerami agar menjadi tidak begitu keras. Agar air
mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring dengan
kemiringan kurang lebih 20. (Sri, 2012).
Bagian
kandang yang penting adalah tempat pakan dan minum. Hendaknya tempat tersebut
dibuat sekuat mungkin dan mudah dibersihkan. Tempat pakan dapat dibuat
memanjang sepanjang kandang dan diusahakan sapi dapat mengambil pakan yang
disediakan. Tempat pakan dapat dibuat dengan kedalaman sekitar 50 cm, dengan
luas tempat pakan sekitar 1 m2. Tempat minum dapat diletakkan pada ember plastik atau dari bahan
lain, diletakkan dengan cara digantung dengan ketinggian kurang lebih 80 cm
dari lantai dengan tujuan untuk menghindari kontaminasi dari makanan dan
desakan sapi (Nursida, 2013).
Selokan
atau drainase lebarnya minimal 30–40 cm. Kedalaman selokan atau drainase 20–25
cm. Agar air pembersih kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mengalir
menuju bak penampungan, maka lantai bagian belakang dan disekeliling kandang
harus dilengkapi selokan. Selokan dibuat dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm
yang dimaksudkan untuk memudahkan pembuangan kotoran yang cair, air minum
maupun air untuk memandikan sapi. Selokan harus cukup lebar agar kotoran yang
berasal dari kandang dapat keluar dengan cepat (Sri, 2012).
E.
Manajemen
Kesehatan Atau Penyakit
Membersihkan kandang
adalah syarat untuk untuk mencegah timbulnya penyakit yang berjangkit dalam
kandang sehingga kesehatan sapi perah tetap terjaga. Kesehatan sapi perah perlu
dijaga dengan cara memandikan sapi dua kali sehari, cukup efisien untuk
mencegah terjangkitnya penyakit. Pemeliharaan kesehatan sapi perah di dilakukan
dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan, sapi perah, pekerja serta
peralatan kandang. Kebersihan meliputi lantai kandang, tempat pakan dan minum.
Sapi dimandikan dengan cara disikat searah agar bulu tidak rontok dan menjaga
agar sapi tidak kesakitan. Kandang sapi perah sudah memenuhi syarat kesehatan
karena sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang, sirkulasi udara lancar
serta terdapat parit guna mengeluarkan kotoran ke sumur penampung feses
(Setyaningrum, 2003).
F.
Manajemen
Pemerahan
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan
bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap
pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan .
Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari
ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi
kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering terlalu cepat
dan produksi total menjadi menurun (Hidayat, 2001).
1.
Fase
persiapan
Tahap-tahap persiapan pemerahan meliputi menenangkan sapi,
membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh sapi, mengikat ekor, mencuci
ambing dan putting. Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan
bersih-bersih dan mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar
tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala
kotoran , tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih,
selanjutnya menenangkan sapi, mengikat ekornya dan mencuci ambing dengan air
hangat, melakukan massage untuk merangsang keluarnya air susu. Sebelum
melakukan pemerahan dilakukan persiapan diantaranya persiapan alat, pembersihan
kandang dan sanitasi ternak (Sudono, 2003).
2.
Pemerahan
Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun
dengan mesin pemerah. Metode pemerahan dengan tangan antara lain yaitu Whole
Hand Milking, Kneevelen dan Streppen, diantara ketiga
metode tersebut yang terbaik adalah dengan menggunakan metode Whole
Hand Milking dan apabila tidak karena sesuatu hal maka hendaknya
menggunakan metode tersebut. Pemerahan dengan tangan harus
dilakukan dengan memegang pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah,
kedua jari kita tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara
yang mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari lainnya
memegang puting, menariknya dengan pelan hingga air susu dapat keluar dengan
baik Posisi sapi pada waktu diperah secara berbaris miring (Herringbone) atau tegak lurus (Flat Barn). Biasanya susu hasil
pemerahan serentak ini langsung dipompakan ke tangki cooling unit (Bina ukm,
2010).
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang
bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dilakukan dengan benar agar sapi tetap
sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono, 2003).
G. Manejemen Pengolahan Susu
Susu
sapi merupakan bahan makanan yang mudah rusak. Oleh sebab itu perlu mendapat
perawatan secara khusus. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat
penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat
perhatian besar mengingat banyaknya kasus gizi buruk di kalangan masyarakat (
Maksum, 2013).
Menurut Sudono, 2004 bahwa ada beberapa proses
pengolahan susu sapi diataranya:
1.
Setelah mendapatkan susu hasil perahan,
segera bawa susu hasil perahan tersebut ke kamar susu, kemudian disaring.
Penyaringan harus dilakukan segera untuk menghindari agar jangan sampai
kuman-kuman yang hinggap pada kotoran di dalam air susu mendapat kesempatan
untuk berkembang biak lebih lanjut
2.
Setelah disaring, baru dilakukan
penakaran apabila ingin mengetahui jumlah produksi
3.
Kemudian susu hasil perahan dari
beberapa ekor sapi tersebut dicampur perlahan-lahan sampai menjadi campuran air
susu yang homogen.
4.
Selanjutnya, air susu dialirkan ke alat
pendingin. Untuk pendinginan diperlukan suhu 10 - 15 decel selama 2 - 3 jam.
Pendinginan air susu bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga
air susu sapi bisa bertahan lama. Atau bisa juga melakukan pasturisasi terlebih
dahulu sebelum susu dialirkan ke alat pendingin agar bila terdapat organisme
atau bakteri yang merigikan bisa mati
5.
Secara sederhana, pendinginan bisa
dilakukan dengan menempatkan botol-botol air susu atau susu yang sudah di pak
dalam kantong plastik, kemudian dimasukkan ke dalam bak yang berisikan es.
Sedangkan pasturisasi sederhana dapat dilakukan dengan cara merebus air susu
diatas kompor di temperatur 74 decel selama 6 menit
6.
Setelah proses pendinginan/pasturisasi
selesai, susu boleh dimasukkan ke dalam boto-botol untuk dikirim ke konsumen.
H.
Manjemen
Pemasaran
Menurut Syarif (2011), Manejemen Pemasaran Susu
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menjual Susu Segar ke
Usaha Pengolahan Susu Swasta.
Pasar alternatif lain yang dapat ditempuh peternak
untuk memasarkan susunya adalah usaha pengolahan susu swasta yang mulai
bermunculan , Usaha pengolahan.susu swasta akan menjual susu segar dari
peternak setelah dijadikan susu pasteurisasi, UHT,Yogurt, atau produk turunan
susu lainnya. Pembeli seperti ini biasanya membeli susu dengan harga cukup
tinggi. Karena kenyataan, harga jual ke pasar swasta dapat 10 % lebih tinggi
daripada pemasaran umumnya. Keuntungan lain, ada keterbukaan dalam system
pembelian berdasarkan kualitas susu. Usaha pengolahan susu swasta juga biasanya
membeli susu segar dalam jumlah cukup banyak, ada yang mencapai ratusan hingga
ribuan liter per hari. Selain harga yang lebih tinggi , kontinuitas permintaaan
juga menjadi salah satu pertimbangan .
2. Pelanggan Datang ke
Peternakan
Tujuannya sama seperti pada jalur pemasaran yang
pertama, tetapi dengan cara yang lebih menarik. Konsumen yang datang ke
peternakan untuk sekadar membeli susu dibuat merasa nyaman dan terhibur dengan
adanya lokasi wisata agrobisnis. Lokasi wisata ini menggunakan peternakan yang
sudah ada sehingga dapat menarik pembeli datang. Baik untuk membeli susu segar,
aneka makanan dan minuman hasil olahan susu, sampai datang hanya untuk
menikmati suasana khas peternakan. Tidak hanya itu, pengunjung yang datang pun
dapat menikmati pengalaman beternak sapi perah dengan dapat memerah sapi dan
mendapatkan pengetahuan mengenai beternak sapi perah. Dapat juaga di buat paket
penjualan bersama Paket Wisata yang dijual. Pada perkembangannya, usaha ini
dapat diarahkan untuk berjualan di restoran atau rumah makan yang menyajikan
menu utama hasil olahan susu.
BAB III
METODE PRAKTEK LAPANG
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakannya praktek
lapang ini pada hari Rabu, 25 November 2015, Pukul 05.30-09.00 WITA dan
bertempat di Dusun Baba, Kelurahan Cendana, Kabupaten Enrekang, Sulawei
Selatan.
B.
Metode dan Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada praktek lapang ini adalah sebagai berikut :
1.
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik
pengumpulan data/fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem.
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap ternak, kemudian mengambil
keputusan tentang pengamatan fisiknya, dan pengamatan langsung suatu kegiatan
yang sedang berjalan.
2.
Dokumentasi adalah cara untuk mencari dan mengumpulkan
data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen, rapot, dan agenda.
3.
Quesioner atau angket merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
C. Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada praktek lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Proses Pemerahan
a.
Memandikan sapi
yang masa laktasi/siap untuk diperah
b.
Membersihkan
sela-sela paha, kotoran sapi dan membersihkan ambing sapi
c.
Membersihkan
tempat peralatan yang akan digunakan dalam proses pemerahan
d.
Mengoleskan
margarin pada putting sapi untuk membantu proses pemerahan
e.
Melakukan proses
perahan dengan tangan yaitu dengan dua jari dan lima jari. Pemerahan dilakukan
dengan cara memeras puting dengan gerakan jari tangan secara berturut-turut
dari atas kebawah
f.
Memasukkan susu
kedalam wadah yang disediakan
2.
Pembuatan Dangke
a.
Menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan dangke
b.
Menuangkan susu
kedalam panic
c.
Merebus susu
dengan susu 60-800 C
d.
Memasukkan Enzim
Papain ke dalam susu
e.
Mengaduk secara
rata sampai susunya menggumpal/padat dan terpisah dengan kandungan air dan
susunya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Hasil
pengamatan yang diperoleh pada praktek lapang yaitu:
No
|
Jenis ternak
|
Sistem pemeliharaan
|
Jumlah ternak (ekor)
|
Jumlah produksi susu (l/hr/ekor)
|
Jenis pakan
|
Waktu pemberian pakan
|
1
|
Fries Holland (FH)
|
Intensif
|
28
|
9
|
Hijauan dan konsentrat
|
Pagi
dan sore hari
|
Sumber : Peternakan
Rakyat Milik Nasruddin, Kab. Enrekang
B.
Pembahasan
1.
Keadaan
Geografis Kabupaten Enrekang
Kabupaten
Enrekang secara geografis terletak antara 3̊ 14’36’’- 3̊̊̊̊50’00” Lintang
Selatan dan antara 199̊ 40’53” - 120̊ 6’33” Bujur Timur. Letak geografis
Kabupaten Enrekang berada di jantung jasirah Sulawesi Selatan yang dalam peta
batas wilayah memang bentuknya seperti jantung. Batas wilayah Kabupaten
Enrekang adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Toraja
2. Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidrap
Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang
Sumber : Data
Primer Peta Wilayah Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, 2015.
Secara
keseluruhan Kabupaten Enrekang memiliki Wilayah seluas 1.786,01 km. Jika dibandingkan
luas wilayah Sulawesi Selatan, maka luas wilayah Kabupaten Enrekang sebesar
2,83 %.:
2.
Gambaran Umum Peternakan Pak Nasruddin
Berdasarkan
hasil praktek lapang yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa lapang pada
peternakan milik Pak Nasruddin di di
Dusun Baba, Kelurahan Cendana, Kabupaten Enrekang, Sulawei Selatan dapat
disimpulkan bahwa jenis ternak yang dipelihara pada peternakan ini yaitu sapi FH (Friesian Holstein)
yang merupakan salah satu bangsa sapi sub tropis dan merupakan salah
satu jenis ternak perah yang dapat menghasilakan susu terbanyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Utami dkk, 2004), yang menyatakan bahwa yang termasuk
bangsa-bangsa sapi perah subtropis adalah Frisian
Holstein.
Kandang dipeternakan
dengan menggunakan kandang loose house yaitu
sistem perkandangan dimana hewan dibiarkan bergerak dengan batas-batas tertentu.
Sapinya ada 25 ekor dimana 3 ekor adalah sapi yang berproduksi pada saat itu
dan 2 ekor pedet.
Pemberian pakannya dilakukan
setiap hari, pada waktu pagi dan sore hari baik itu pakan hijauan maupun
konsentrat dengan standar 40 % dari berat badan sapi itu sendiri. Manajemen
kesehatan ternak perah pada usaha ini yaitu dengan melakukan pencegahan dengan
memberikan obat cevi apabila ternak terkena niasis berulat jika terdapat luka
dan penyakit mastitis pada puting yang tidak berproduksi. Sedangkan hasil dari
susu itu sendiri dimanfaatkan untuk pembuatan dangke (makanan khas kab.
Enrekang) dan kerupuk susu.
Sapi perah milik Nasruddin berproduksi
minimal 9 liter/hari. Hal ini sesuai dengan Jayadi (2012), yang menyatakan
bahwa kemampuan berproduksi susu dari sapi FH (Friesian Holstein) bisa mencapai 5984 kg
tiap laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 3,7 %, standar bobot badan pada
sapi betina dewasa 650 kg, sedangkan pada sapi jantan dewasa 700-900.
4.
Manajemen
Pemeliharaan
Adapun
sistem pemeliharaan yang di lakukan pada sapi perah Pak Nasruddin yaitu sistem
pemeliharaan secara intensif yaitu selama hidupnya dan kegiatannya berada dan
dilakukan di kandang dan diberi pakan tambahan (konsentrat). Pada peternakan
sapi perah pak Nasruddin dilakukan sistem pemeliharaan yang intensif yaitu
segala kebutuhannya disediakan di kandang, hal ini disebabkan karena dengan
sistem pemeliharaan yang intensif kita dapat mengamati perkembangan ternak dan
penanganan akan lebih mudah.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Putra (2014), yang menyatakan bahwa pemeliharaan
secara Intensif yaitu ternak
dipelihara secara terus menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga
kandang mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak,
termasuk pakan dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi juga dilakukan
serta sanitasi dalam kandang.
5. Manajemen Perkandangan
Sistem
perkandangan pada usaha ini menggunakan kandang Loose house yaitu sistem perkandangan
dimana ternak dibiarkan bergerak dengan
batas-batas tertentu karena dengan kandang seperti ini akan
memudahkan ternak untuk bergerak dan mengurangi tingkat stress pada ternak. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sri (2012), yang menyatakan bahwa Loose
house yaitu
sistem perkandangan dimana hewan dibiarkan bergerak dengan batas–batas tertentu.
6. Manajemen Pakan
Manajemen
pakan pada usaha ini adalah dilakukan setiap hari, pada waktu pagi dan sore
hari baik itu pakan hijauan maupun konsentrat yaitu terdiri dari rumput gajah,
dedak, ampas tahu, ubi jalar dan garam kasar 6 kg/hari/ekor dengan standar 40 %
dari berat badan sapi itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapatPrihadi (1996),
yang menyatakan bahwa pada prinsipnya pakan sapi perah terdiri atas hijauan
pakan (rumput dan legume/kacang-kacangan) dan konsentrat yang ketersediaan dan
kualitasnya perlu terus menerus dijaga selama masa pemeliharaan sapi.
7. Manajemen Pemerahan
Pemerahan
dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari jam 06.00 WIB dan sore hari
jam 16.00 WIB. Persiapan yang dilakukan yaitu sebelum diperah ambingnya
dibersihkan terlebih dahulu mulai ternaknya dimandikan terlebih dahulu sambil
disikat bagian lipatannya dan membersihkan pula kandangnya dengan menyemprotkan
air menggunakan selang, agar sapi tenang dan tidak merasa kesakitan saat
diperah sebaiknya tangan diolesi dengan mentega, teknik yang dilakukan pada
saat pemerahan dengan menggunakan dua jari.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Maksum (2013), yang menyatakan bahwa sistem
pemerahan pada sapi perah ada 2 macam yaitu pemerahan dengan mesin dan
pemerahan dengan cara manual (menggunakan tangan). Pemerahan dengan tangan
terdapat 2 cara pemerahan yaitu menggunakan dua jari (Strip method) dan menggunakan lima jari (Full hand method).
8. Manajemen kesehatan
Manajemen
kesehatan ternak perah pada usaha ini yaitu dengan melakukan pembersihan
kandang, memandikan ternak dua kali sehari, serta peralatan kandang sapi perah
untuk mencegah terjadinya penyakit pada sapi perah, hal ini sesuai dengan
pandapat Setyaningrum (2003), yang menyatakan bahwa membersihkan kandang untuk
mencegah timbulnya peyakit.
9. Pengolahan Susu
Adapun
bahan yang digunakan dalam pembuatan dangke pada usaha pak Nasruddin hasil dari
pemerahan susunya diolah menjadi makanan khas kabupaten Enrekang yaitu dangke’
dan kerupuk susu yaitu; susu kerbau/sapi, getah papaya/enzim Papain dari air perasan daun papaya.
Adapun cara membuat dangke yaitu:
a.
Memanaskan susu segar sampai mendidih,
kemudian tambahkan getah papaya/ enzim Papain
hingga terbentuk gumpalan.
b.
Memisahkan gumpalan yang terbentuk,
masukkan ke dalam cetakan yang biasanya terbuat dari tempurung kelapa.
c.
Menekan agar kandungan air dalam
gumpalan berkurang.
d.
Mengeluarkan dari cetakan.
e.
Dangke siap untuk dihidangkan, biasa
dipanggang atau digoreng.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Murti (2009), yang menyatakan bahwa Pengolahn air susu adalah proses mengubah bentuk air susu
menjadi bentuk olahan tanpa atau dengan memberikan tambahan bahan lain untuk
meningkatkan cita rasa, tekstur, dan lainnya sehingga susu olahan tersebut
mempunyai nilai guna yang tinggi.
10. Pemasaran hasil ternak
Pada
usaha pak Nasruddin hasil dari pemerahan susunya diolah menjadi makanan khas
kabupaten Enrekang yaitu dangke’ dan kerupuk susu berbeda denga para peternak
sapi perah yang biasanya memasok susu perahannya ke koperasi daerah setempat,
kemudian susu yang lolos kualifikasi akan didistribusikan ke
perusahaan-perusahaan susu.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Firman (2010), yang menyatakan bahwa Selain menjual air susu dalam bentuk segar dan awetan
seperti diatas, juga dapat diolah menjadi berbagai produk. Pengolahan susu
banyak dilakukan oleh peternak sapi perah dibeberapa daerah sentra peternakan
sapi perah. Dengan menghasilkan produk turunan ini, peternak bisa mendapatkan
nilai tambah terhadap produksi susu yang dihasilkan dan menambah
penghasilannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi. 2012. Pola
Pembiayaan Usaha Kecil Sapi Perah .www.polapembiayaanusahakecilsapipotong//embassykajianpenelitian//.pdf. (02 Desember).
Angga, Rifaldy. 2011. Sapi Perah. Jakarta. : Gramedia
Pustaka Utama
Annisa. 2012. Sistem Pengembalaan Sapi Perah. Makassar : Fakultas Peternakan Unhas
Bina UKM. 2011. http://binaukm.com/2011/03/peralatan-dalam-penanganan-susu-sapi-seri-penanganan-dan-pengolahan-susu-sapi/.(02 Desember)
Ibrahim. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Sapi
Perah dengan Sistem Perkamdangan.http//KajianpenelitianAnalisisekonomisapibaliMagisterIlmubiomedikFKUI.Lustrum
ke IX.Dep.FarmasiFMIPAUI.pdf (02 Desember).
Hidayat,
Arif. 2001. Buku Petunjuk Peternakan Sapi
Perah, Jakarta : Dairy Technology Improve Element Project
Indonesia.
Jayadi. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah. Fakultas.
Yogyakarta : Peternakan Universitas Gajahmada
Maksum. 2013. Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah. Bogor : Balai Penelitian Ternak
Nursida. 2013. Konstribusi Pendapatan Usaha
Ternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Keluarga Peternak. http//Skripsi.Departemen/Pendapatan usahaternaksapipotong/Fakultas Peternakan/ Institut Pertanian Bogor.pdf (02
Desember).
Putra, A.
R. 2004. Kondisi teknis peternakan sapi
perah rakyat di Kelurahan Pondok Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultan Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Rahayu, Sri. 2012. Usaha
Peternakan Sapi Perah. Jakarta : Bhratara Karya
Aksana
Reynaldi. 2011. Aspek Tekhnis dan
Produksi Usaha Peternakan. Bandung : Angkasa
Setyaningrum, 2003.
Lecture Note Manajemen Ternak Potong. Purwokerto : Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman.
Suherman,
Dadang. 2010. Evaluasi Penerapan Aspek
Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok
di Rejang Lebong. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 3, No 1. (02 Desember ).
Sudono .2003. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor
: Fakultas Peternakan Institut Bogor
Siregar,
Soribasya. 1995. Sapi Perah Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisa.
Jakarta : Usaha. Penebar Swadaya
Syarif, 2011. Manejemen
Pemasaran. http:/ /www. Petanihebat .com/ 2014/08/ alternatif-menjual-susu-segar.html
Syam, Sukirman. 2012. Manajemen Ternak Perah. Jakarta : Erlangga
Yusran.
2012. Pemanfaatan Limbah Ternak. Jakarta : Trobos, edisi 11 hlm 7
Prihadi.
1996. Tata Laksana dan Produksi Sapi
Perah. Yogyakarta. : Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala
Utami, dkk.
2004. Lecture Note Manajemen Ternak Perah. Purwokerto : Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
dari praktek lapang ini adalah setelah melakukan praktek lapang pada peternakan
milik Pak Pak Nasruddin di Dusun
Baba, Kelurahan Cendana, Kabupaten Enrekang, Sulawei Selatan, yaitu:
1. Sistem pemeliharaan
sapi perah yang diterapkan pada peternakan rakyat di Enrekang sudah baik yaitu
dengan cara sistem intensif dimana sapi dipelihara
secara terus menerus di dalam kandang sampai saat diproduksi sehingga kandang
mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan
dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi
dalam kandang.
2. Manajemen perkandang yang dilakukan pada peternakan
Pak Nasruddin yaitu menggunakan kandang kelompok atau kandang koloni,
penanganan peyakit yang dilakukan pada peternakan Pak Nasruddin adalah dengan
memberikan vaksinasi, pengontrolan penyakit mastitis, perawatan kuku,
pengecekan reproduksi dan pemeriksaan sampel darah, pemberian pakan yang
dilakukan pada peternakan Pak Nasruddin yaitu 2-3 kali sehari. Dimana dipagi
hari diberikan hijauan segar sedangkan pada sore hari diberikan ransum yang
berupa dedak dan ampas tahu pada malam hari diberikan lagi hijauan segar,
pemerahan yang dilakukan pada peternakan Pak Nasruddin
yaitu dengan manual secara full hand
atau 5 jari sedangkan pengolahan produksi susu yang
dilakukan pada peternakan Pak Nasruddin ada dua yaitu dangke dan kerupuk
dangke.
B. Saran
Saran yang dapat di
sampaikan pada praktek lapang ini adalah proses pemerahan yang begitu cepat dan
dilakukan secara bergantian.